Tahun-tahun yang lewat
pasti kita tinggalkan dan tak ‘kan kembali. Ke depan kita hanya bisa
menyongsong hari-hari yang pasti datang, yang di dalamnya kita harus terus
menciptakan kebaikan. Akankah di masa mendatang kita memperoleh kebahagiaan?
Bagaimana mendapatkannya? Kapan menemukannya? Menjawab pertanyaan ini, marilah
kita semak kisah seorang kakek dan burung pipit.
Alkisah, seorang kakek di
Baghdad pergi ke berbagai negeri mencari kebahagiaan tadi. Di sebuah oase, dia
melihat seekor burung pipit yang sangat indah. Dia berhasil menangkapnya. Burung
ini ternyata bisa bicara. “Kakek, tolong lepaskan saya, nanti permintaan kakek
akan saya penuhi.” Kata si burung. “Baik, kalau engkau dapat menjawab
pertanyaan saya kamu saya lepaskan,” kata si kakek. “Ya aku akan berusaha
menjawabnya” kata si
burung. “Di mana, kapan, dan
bagaimana memperoleh kebahagiaan?”
Jawab si burung : “Pertama,
kakek jangan percaya kepada siapapun kecuali
kepada Tuhan. Kedua, jangan
berharap sesuatu yang kamu tak akan sanggup
mendapatkannya. Ketiga jangan
sesali masa lalumu”. Merasa puas atas jawaban si burung, sang kakek melepaskan
burung itu. Tapi begitu dilepas si burung meledek manusia tua itu.”Dasar kakek
bodoh,” kata hewan itu. “Sebetulnya, kalau kakek tidak melepaskan saya, saya
akan memberikan telur
emas kepada kamu,” Si
kakek sangat menyesal dan mengejar burung itu. Hewan itu lalu hinggap di
ranting pohon cemara, makin meninggi, saat diraih. Kakek yang penasaran ini
lalu berusaha meraihnya dan brak dia terjatuh pingsan. Agak lama, dia siuman, ketika
matanya terbuka, burung itu masih di situ dan mendekatinya. “Dasar manusia,
baru beberapa waktu saya beritahu (petunjuk) cara memperoleh kebahagiaan, kamu
sudah lupa lagi. Ingat kek, apa yang saya katakan tadi. Kakek jangan percaya kepada
siapa pun kecuali Tuhan, saya kan burung mengapa kakek percaya saya?” “Kedua, tadi
saya katakan, jangan berharap kepada sesuatu yang kamu tidak dapat
meraihnya. Karena kakek
melanggar, akhirnya kakek jatuh dan pingsan.” “Ketiga, jangan sesali masa lalu,
mengapa kakek menyesal, bukankah apa yang kakek kerjakan, yaitu melepaskan saya
sudah terjadi?” kata si burung tadi sambil terbang mengangkasa, burung ini
mengaku malaikat utusan Tuhan untuk memberi pelajaran kepada umat manusia. Para
pembaca, kisah ini hanyalah fiksi, agar kita introspeksi, dan berpikir sebelum
melakukan tindakan. Semoga di setiap akhir tahun kita bukanlah sebagai kakek
bodoh
yang menyesali masa
lampaunya.