Kamis, 24 April 2014

Manusia Dan Masa Lalu

Tahun-tahun yang lewat pasti kita tinggalkan dan tak ‘kan kembali. Ke depan kita hanya bisa menyongsong hari-hari yang pasti datang, yang di dalamnya kita harus terus menciptakan kebaikan. Akankah di masa mendatang kita memperoleh kebahagiaan? Bagaimana mendapatkannya? Kapan menemukannya? Menjawab pertanyaan ini, marilah kita semak kisah seorang kakek dan burung pipit.
Alkisah, seorang kakek di Baghdad pergi ke berbagai negeri mencari kebahagiaan tadi. Di sebuah oase, dia melihat seekor burung pipit yang sangat indah. Dia berhasil menangkapnya. Burung ini ternyata bisa bicara. “Kakek, tolong lepaskan saya, nanti permintaan kakek akan saya penuhi.” Kata si burung. “Baik, kalau engkau dapat menjawab pertanyaan saya kamu saya lepaskan,” kata si kakek. “Ya aku akan berusaha menjawabnya” kata si
burung. “Di mana, kapan, dan bagaimana memperoleh kebahagiaan?”
Jawab si burung : “Pertama, kakek jangan percaya kepada siapapun kecuali
kepada Tuhan. Kedua, jangan berharap sesuatu yang kamu tak akan sanggup
mendapatkannya. Ketiga jangan sesali masa lalumu”. Merasa puas atas jawaban si burung, sang kakek melepaskan burung itu. Tapi begitu dilepas si burung meledek manusia tua itu.”Dasar kakek bodoh,” kata hewan itu. “Sebetulnya, kalau kakek tidak melepaskan saya, saya akan memberikan telur
emas kepada kamu,” Si kakek sangat menyesal dan mengejar burung itu. Hewan itu lalu hinggap di ranting pohon cemara, makin meninggi, saat diraih. Kakek yang penasaran ini lalu berusaha meraihnya dan brak dia terjatuh pingsan. Agak lama, dia siuman, ketika matanya terbuka, burung itu masih di situ dan mendekatinya. “Dasar manusia, baru beberapa waktu saya beritahu (petunjuk) cara memperoleh kebahagiaan, kamu sudah lupa lagi. Ingat kek, apa yang saya katakan tadi. Kakek jangan percaya kepada siapa pun kecuali Tuhan, saya kan burung mengapa kakek percaya saya?” “Kedua, tadi saya katakan, jangan berharap kepada sesuatu yang kamu tidak dapat
meraihnya. Karena kakek melanggar, akhirnya kakek jatuh dan pingsan.” “Ketiga, jangan sesali masa lalu, mengapa kakek menyesal, bukankah apa yang kakek kerjakan, yaitu melepaskan saya sudah terjadi?” kata si burung tadi sambil terbang mengangkasa, burung ini mengaku malaikat utusan Tuhan untuk memberi pelajaran kepada umat manusia. Para pembaca, kisah ini hanyalah fiksi, agar kita introspeksi, dan berpikir sebelum melakukan tindakan. Semoga di setiap akhir tahun kita bukanlah sebagai kakek bodoh

yang menyesali masa lampaunya.