Kamis, 05 April 2018

Fastabiqul Khairat

Lagi... lagi.... dan lagi lagi.... mengutip kultum.. semoga bermanfaat...

Pada suatu pagi di hadapan para sahabat, Rasulullah saw bersabda,“Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar ra berkata, “Saya.” Nabi bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Nabi bertanya lagi , “Siapa yang telah menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah yang telah mengantarkan jenazah?” (Lagi-lagi) Abu Bakar menjawab, “Saya.” Rasulullah saw kemudian bersabda, “Tidaklah amalan-amalan ini terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga.” (HR Ibnu Huzaimah dalam Shahih-nya). Yang menarik dari pribadi Abu Bakar ialah kecepatan dan ketepatannya dalam meraih dan merespon peluang amal saleh. Sikap fastabiqul khairat selalu melekat erat pada pribadinya, dalam setiap waktu dan kesempatan. Dalam perang Tabuk ia mengungguli seluruh sahabatnya termasuk Umar bin Khattab dengan menginfaqkan hartanya. Menurut Alquran, hakikat diciptakan-Nya kematian dan kehidupan merupakan uji kualitas bagi manusia, siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya. (QS Al Mulk:2). Karenanya yang dituntut dari kita adalah menjadi yang terbaik dari yang baik, ahsanu ‘amalan, bukan terbaik dari yang buruk. Memang, setelah diciptakan dan disempurnakannya manusia dengan sebaik
baiknya penciptaan atas seluruh mahluk di jagat raya ini (At Tiin:4), ada saja segolongan manusia yang memilih jalan hina-dina menjadi serendah-rendah mahluk, asfala safilin. (At Tiin:5). Itulah fitrah manusia, yakni berada antara fujur dan taqwa. Maka , beruntunglah mereka yang mensucikan dirinya dan celakalah mereka yang mengotorinya (Asy Syam: 7-8). Alquran juga membagi kecenderungan amal manusia dalam tiga kategori, zhalimun lin-nafsi (yang menganiaya diri sendiri), muqtashid (pertengahan), dan saabiqun bil khairat (yang berlomba dalam kebaikan). (QS Faathir:32). Menurut Ibnu Abbas, ayat ini menggambarkan umat Muhammad yang diwariskan kepadanya kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan kepada para rasul-Nya. Mereka terdiri atas tiga golongan, yakni golongan yang menganiaya dirinya akan memperoleh ampunan, golongan yang secara sederhana patuh pada ajaran agama akan menghadapi hisab yang ringan, dan golongan yang sangat rajin berbuat kebajikan akan dimasukkan surga tanpa hisab. (berdasarkan riwayat Ali bin Abi Thalhah, Mukhtashar Ibnu Katsir). Dalam realitas kekinian, kita menghadapi kondisi sebagaimana Abu Bakar menghadapinya. Akibat krisis yang disebabkan oleh ulah orang-orang yang tamak harta dan haus kekuasaan, kini banyak orang miskin yang terlantar di sekitar kita, banyak orang sakit yang butuh pertolongan, ratusan ribu pengungsi , anak yatim, janda-janda korban peperangan dan kerusuhan yang butuh uluran tangan. Mereka merindukan kehadiran ribuan “Abu Bakar”. Yang dibutuhkan umat ini bukanlah sekedar orang-orang saleh untuk dirinya sendiri, tetapi orang-orang mushlih yang mentranformasikan kesalehannya menjadi kesalehan sosial (Al Ashr: l-3). Benarlah apa yang disabdakan Nabi saw bahwa sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Fastabiqul Khairat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar